Sunday 25 October 2015

Cemburuku Tahu Malu

"Cemburuku itu tahu malu. Kepadamu aku menyimpan cemburu dalam harap yang tertumpuk oleh sesak dipenuhi ragu."

Ya Rabb, aku percaya. Mencintai yang sesuatu hidup sewaktu-waktu akan mati. Tanamkanlah ikhlas sejak dini dihatiku.

Ya Rahman, aku kembali bersedih, menangis, sakit hati, berharap, kecewa, karena cinta manusia. Maafkanlah aku ya Rabb, tak bisa menjaga hatiku, tak bisa menjaga kesetiaan cintaku pada-MU.

Ya Maliku ya Khudus, Engkaulah raja didunia ini, aku berharap Engkaupun selalu menjadi raja dihati hamba.
Jatuhkanlah aku pada orang yang tepat.
Kalaupun aku harus berharap, berikanlah harapan itu pada orang yang tepat.

Ya Ghofur
Aku ingin ditambahkan sabar disetiap detiknya,
Aku ingin ditambahkan kuat disetiap nafasnya,
Aku ingin pulang dengan tenang, dengan kedamaian tanpa keresahan.
Dengan cinta yang tidak meracuni jiwa.


Ya Hakim,
Bijakkanlah hatiku untuk senantiasa Istiqomah, tawadu', Ammanah dengan jilbabku ini.
Ambilah hamba, ibu bapak dengan sebaik-baik pengambilan.Khusnul khotimah.

Aku senantiasa berdoa untuk bapak ibu, kakung uthi dang untukmu calon imamku. Baik-baik.

Untuk Bapakku

Senja telah menjingga, dengan air yang lebih sering turun dari hujan Januari. Untuk laki-laki cinta pertamaku, Bapak. Jika masih terus diijinkan Tuhan, aku ingin menemani tuanya hingga tak berbekas. Aku ingin menemuinya berpakaian putih, berjalan mengelilingi kotak hitam pusatnya bumi ini. Aku ingin sujud bersama dalam satu waktu, rindu menjadi makmummu. Bapak, anak gadismu ini ternyata begitu rapuh. Bapak, aku mengenali Islam pertama dari bibirmu. Adzan ditelingaku. Terimakasih bapak, untuk waktu yang selalu bapak luangkan dikala sibuk. Terimakasih, bapak telah mengijinkan aku belajar dewasa. Terimakasih bapak atas rizki yang selalu diusahakan halal untukku. Terimakasih bapak untuk doa-doa diwaktu malam yang tak pernah lelah menengadah. Terimakasih bapak atas keridhoannya untuk menegur, menasehatiku. Aku begitu rapuh Bapak. Terimakasih bapak atas kecupan manis disetiap kepulanganku. Aku ingin selalu mencium pipi bapak, pipi mamak, pipi mbah kakung, pipi mbah uti ketika pulang. Aku mencintai kalian.

Bersama yang telah Pergi

Peristiwa satu tahun lalu itu masih tergambar jelas dipikiran saya. Betapa tidak, ketika saya membuatkan beliau secangkir susu hangat pukul sepuluh malam dan menyuapinya dengan pipet. Murotal Surah Yasin saya stel berulang kali dan didekatkan ditelinga beliau. Walaupun pendengaran beliau terganggu tapi saya percaya lantunan itu selalu mendamaikan, selalu meyembuhkan.
Dan, malam-malam ketika surah itu diperdengarkan saya selalu teringat. Surah itu mempermudah kepulangannya, ketika tasbih diletakkan dijemari kanannya dan beliau memalingkan wajah membelakangi putra pertamanya. Saat itulah saya tahu bahwa keajaiban dzikir dan surah yasin itu luar biasa. Bersama yang telah pergi, saya begitu mencintai beliau. Hingga malam ketika saya bermimpi bertemu beliau dengan wajahnya tampan dan perawakannya yang tinggi. Beliau masih sering menyapa ketika terjaga. Lewat mimpi saya diingatkan, ada yang sangat butuh lampu dikuburnya. Untuk menerangi rumahnya yang gelap, sendiri.
Ini lampumu Eyang Kung, maaf masih sering lupa simbah.

Rahasia Sedekah

Wasiat Rasullah SAW: "Ketahuilah bahwa Dzat yang kamu bersedekah karena-Nya secara rahasia, akan membalasmu secara terang-terangan dihadapan jutaan orang pada hari yang tidak lagi berguna pujian manusia"

Yang terbaik tidak selalu harus dalam jumlah yang banyak atau kualitas yang bagus misalnya. Bersedekahlah kepada sesuatu yang berharga bagi kita sehingga menjadikan hati ini tergetar karenanya. Kebanyakan berwujud uang, lebih luas lagi adalah benda, pikiran, tenaga, dan juga ilmu yang bermanfaat. Bersedekah yang terasa oleh hati akan memberikan sesuatu yang berharga dikehidupan. Berharga karena menjadikan kita belajar ikhlas, merelakan juga melepaskan sesuatu yang kita cintai.

Wednesday 21 October 2015

Aku Tetap Disini Dengan Perasaanku

Aku memutuskan menyibukkan diri setelah percakapan udara malam ini. Membuat diri ini tidak sempat menengok gambar diponsel yang isinya rahasia kecil tentangmu. Rahasia yang membuat diri ini selalu kembali padamu, selalu punya sisi kelam yang harus dipertahankan, walau sejujurnya ingin menolak. Suara musik sempurna memenuhi langit-langit kamar, malam panjang menghadirkan kembali kenangan yang sedang dibumbui kebahagiaan. Kebahagiaan yang tidak perlu diketahui banyak orang, aku merindukanmu.

Bayangan yang sama kosong dengan malam ini, hujan tidak turun, angin enggan berdesir cepat. Sunyi. Aku sendiri menikmati perasaan yang mematikan, tidak bisa menolak mematikan pikiranku yang tertuju padamu.
Percakapan ini mahal harganya, sama mahalnya dengan keinginanku yang tidak/belum tercapai.

Sekedar menatapmu dari sini, sedang kau jauh disana menikmati pekerjaanmu, tertawa lepas seperti suara udara malam ini, rasanya bahagia menyelimuti hari panjangku.
Akulah yang selalu melebih-lebihkan rasa kagum ku. Mudah saja bagimu, pergi lalu kembali. Tak tahu kah kau disini ada perempuan yang jatuh bangun dengan keberadaanmu. Dia berhasil lupa ketika kau pergi beberapa minggu, lantas kau datang dengan cerahnya, nada teleponmu menyegarkan kerinduan ini. Semua itu membuatku mati-matian menyeimbangkan perasaanku. Aku memang tidak berhak menanyakan hidupmu, mencerca setiap pertanyaan ketika kau pergi, tapi aku bukan siapa-siapamu. Kau harus tahu itu.

Aku ingin mengatakan "kau pergilah, jangan pernah kembali" tapi semua itu berkebalikan dengan hati ini. Hati yang harus siap terluka juga bahagia secara mendadak. Tidak terduga.

Aku, bahkan rela menghianati diriku sendiri, membiarkannya berlatih untuk terbiasa tanpamu juga terbiasa dengan kedatanganmu. Menikmati kebiasanmu, akan menyenangkan. Aku harus pergi, bukan menjauh. Aku tetap disini, hanya perasaanku yang kubiarkan berkelana mengintaimu. Fisiku tidak terbiasa pergi sendiri, aku telah merasa semuanya terbaik.
Jaga diri sayang